User Menu
Main Menu

sejarah cina benteng tangerang (first post) enjoy!! :)

sinisfun
sinisfun Nb., pada 2 Feb. 2014, 19.03
di Blog

Menyelami Sejarah Tionghoa Tangerang Tempoe Doeloe

Kota Tangerang mempunyai perjalanan sejarah tersendiri yang berhubungan dengan budaya Tionghoa. Kota yang dibelah oleh Sungai Cisadane ini, mempunyai kekhasan tersendiri menyangkut warga keturunan Tionghoanya, mereka dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Kedatangannya sejak tahun 1700-an meninggalkan beberapa jejak penting yang sekarang masih dijaga kelestariannya.

Kelenteng Tjoe Soe Kong, Saksi Sejarah Tangerang

Puluhan Kilometer jarak yang ditempuh untuk menemukan Kelenteng yang menjadi salah satu saksi terbentuknya Tangerang.. Jalan yang baru diperbaiki serta kurangnya penunjuk jalan memperlambat untuk menemukan lokasi Kelenteng tersebut.

Teluk Naga, kota di utara Tangerang ini terlihat masih begitu asri dengan sawah yang menghiasi di sepanjang perjalanan. Daerah ini diinamakan Teluk Naga karena pada tahun 1400 kawasan ini kedatangan perahu Tiongkok yang di bagian haluan memiliki ukiran naga. Segera terjadi perkawinan campur antara sembilan putri Tionghoa dan pepatih dari Kerajaan Sunda yang berkuasa kala itu.

Menjelajah Teluk Naga makin terasa menyenangkan dan menggugah penasaran ketika menyelami kisah sejarah yang menyertainya. Membaurnya masyarakat pendatang dengan penduduk lokal, khususnya orang Betawi, memperkaya variasi perkembangan budaya Betawi itu sendiri. Orang Betawi, menurut beberapa kajian ilmiah tentang masyarakat asli Ibu Kota dan sekitarnya, disebut-sebut sebagai keturunan Kerajaan Tarumanegara.

Banyak bangunan bersejarah yang menjadi saksi terbentuknya kota Teluk Naga ini. salah satu yang terkenal adalah Kleteng Tjoe Soe Kong. Klenteng atau orang disini menyebutnya Tepekong merupakan tempat beribadahnya etnis budha. Tidak ada yang tahu pasti kapan klenteng Tjoe Soe Kong ini dibangun. Menurut Biokong atau pengurus Klenteng tersebut umurnya kurang lebih sudah melebihi tiga abad, sekitar 300 tahun yang lalu kelenteng ini sudah berdiri. Kelenteng ini dibangun sebagai penghormatan terhadap Tjoe Soe Kong, seorang tabib pada zaman dinasti Song yang kerap menolong orang tanpa mengaharapkan imbalan.

Tidak hanya umat Budha di lingkungan sekitar kelenteng ini yang beribadah. Masyarakat penganut budha dari luar kota pun seringkali datang untuk melakukan ibadah di Kelenteng ini karena kelenteng ini memiliki nilai sejarah yang kuat dalam perjalanan agama Budha sendiri. Di Kelenteng ini terdapat ruang sembahyang, aula yang biasanya dipakai untuk menginap jika ada umat dari luar kota yang bersembahyang disini, serta sumur tua yang telah direnovasi menjadi cantik.

Kelenteng Tjoe Soe Kong memiliki keunikan karena adanya tempat keramat yang menjadi tempat pemujaan terhadap tokoh lokal, seperti Dewi Neng. Warga Betawi dan Sunda pun kerap berziarah ke tempat itu. Kelenteng ini mempunyai acara tahunan pada tanggal 17 dan 18 Desember untuk merayakan berdirinya kelenteng ini.

Kelenteng Tjoe Soe Kong merupakan salah satu saksi perjalanan etnis Tiongkok di Tangerang. Maka dari itu kelenteng ini merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan serta dirawat keberadaannya. Pemerintah Kota Tangerang pun menjadikan kelenteng ini sebagai warisan nilai sejarah berdirinya kota Tangerang.

Rumah Kayu Goen, penginapan serta galeri warisan Tiongkok

Perjalanan dilanjutkan ke Selatan Tangerang menuju Rumah Kayu Goen di Desa Cipari, Curug, Tangerang. Setelah melakukan perjalanan panjang melewati perkampungan dan jalanan yang becek karena guyuran air hujan kami sampai di sebuah gerbang kayu besar, sampailah kami di Rumah Kayu Goen.

Dahulu Rumah Kayu Goen hanya merupakan galeri benda benda antik dari seorang pengusaha gaek bernama Gunawan Wijaya. Menrut Pak Tuki, seorang pengurus Rumah Kayu Goen mengatakan rumah kebaya ini sudah berusia lebih dari ratusan tahun. Rumah Kebaya dipindahkan dari lokasi aslinya di Padang dibawa dengan menggunakan Kontainer. Rumah yang beretnis Padang bercampur Cina denga sedikit ornament Jawa di dalemnya merupakan warisan budaya Tionghoa yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi.

Dalam rumah kebaya sendiri terdapat teras, satu ruang tamu, dua kamar tidur, serta ruang keluarga yang masih dijaga keasliannya dari semenjak dipindahkan. Di dalam ruang tamu sebuah meja bundar dan tempat sembahayang. Ornamen serta foto-foto di dinding pun masih memperlihatkan keluarga pemilik rumah dahulu agar terlihat keasriannya. Dari ruang tamu, anda dapat menuju ke kamar tidur utama dimana didalamnya terdapat sebuah tempat tidur bergaya kuno serta lemari usung yang tidak dipakai.

Lanjut ke ruang keluarga, disini terdapat banyak koleksi benda antik dari mulai kursi kayu bergaya khas cina, meja panjang dari kayu yang kokoh, serta perlatan kendo dari zaman dulu pun ada disini. “Semuanya masih dijaga serta dirawat keaslian dari semenjak dipindahkan dari asalnya”, lengkap Pak Tuki.
Di depan Rumah Kebaya terdapat kandang kerbau yang dialih fungsikan sebagai gallery tempat menaruh benda koleksi yang dimiliki oleh Rumah Kayu Goen. Dalam Rumah Kayu Goen terdapat ruangan gallery, Kantor, serta ruangan kerja untuk membuat perabotan berbahan kayu.

Lokasi yang mempunyai luas 6000 meter persegi juga sering digunakan sebagai tempat shooting dan photo shoot pra wedding oleh orang-orang. Tidak hanya Rumah Kebaya beretnis Cina, selain gallery serta ruang kerja disini pun terdapat penginapan yang disewakan bagi anda yang ingin bermalam dengan menikmati suasana asli tempo dulu.

“Biasanya disini sering dijadikan tempat shooting dan foto-foto pernikahan oleh orang-orang”, ucap Pak Tuki. Bagi anda para kolektor pencinta barang-barang antik, Rumah Kayu Goen pun menjual barang-barang antik yang mereka miliki. “Kalo harga yang mereka tawarkan pas dengan kemauan si pak Bos, ya kami jual barang tersebut”, kata Pak Tuki.

Sekarang, tempat atau rumah-rumah yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi di daerah Tangerang ini sudah terancam punah. Besarnya dominasi penguasaan lahan oleh industri dan pengembang perumahan, mengakibatkan kawasan lingkungan rumah kayu setiap tahun kian menyempit.

Kelenteng Tjoe Soe Kong Kawasan Teluk Naga serta Rumah Kebaya di Rumah Kayu Goen Desa Cipari merupakan salah satu saksi sejarah bagaimana dahulu peradaban etnis tionghoa di Tangerang. Masih ada beberapa tempat yang menjadi saksi perdaban etnis tinghoa di Tangerang tempo dulu. Seriring berjalannya waktu, tempat tersebut kini telah musnah karena industri pembangunan serta perumahan yang berkembang serta mengeksploitasi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah tersebut. Pemerintah Tangerang seharusnya lebih peka terhadap benda-benda atau tempat-tempat yang mempunyai nilai serta identitas Kota Tangerang itu sendiri.sinisfun


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Loading...

© backpackerindonesia.com