Ke Pelawangan Senaru Gunung Rinjani tanpa bermalam dan walau jalur ditutup

Sampai di kaki Gunung Rinjani sebelah utara jam 8 malam, kami menginap di Rinjani Homestay di Senaru yang tingginya sekitar 600 mdpl (meter di bawah permukaan laut). Dari informasi resmi Taman Nasional Gunung Rinjani, kami mengetahui bahwa Pendakian masih di tutup sampai akhir maret. Tapi itu bukan masalah, sebagian besar penduduk di Senaru mengandalkan objek wisata Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai mata pencahariaan.
Saat musim sepi pengunjung seperi saat ini (musim hujan), mereka tidak ada pendapatan lain kecuali dari pendakian illegal seperti saya ini. Menjadi guide atau porter adalah alternative pekerjaan yang menjanjikan bagi penduduk lokal. Pak Suma, tokoh masyarakat sekaligus penjaga Rinjani Homestay terus memberi wawasan kepada saya tentang kehidupan di Senaru. Kata beliau pengelolaan objek wisata Taman Nasional yang melibatkan peran masyarakat sekitar sangat menguntungkan pada berbagai pihak. Seperti di Gunung Rinjani ini, penebangan hutan secara illegal berhasil berkurang karena warga beralih menjadi guide dan porter yang pendapatannya lebih menjanjikan, bahkan beberapa warga menjadi fasih dalam berbahasa Inggris.
Secangkir kopi hangat dan sinar bintang-bintang terus menggoda kami agar cepat sampai di atas gunung, minimal saya dan wandi (teman) bisa melihat Danau Sarakan Anak dari Pelawangan Senaru walau pendakian ditutup. Jam 3 malam kami melangkah kaki keatas, prediksi guide kami (Pak Andi), kami bisa sampai pelawangan jam 6 atau 7 pagi. Tapi ini melenceng jauh, pada jam 7 kami baru separuh perjalanan.
Tepat jam 11.30 kami baru sampai di pelawangan senaru yang tingginya sekitar 2800 mdpl, pada siang ini awan-awan sudah menutupi puncak gunung, sehingga pemandangan tidak seindah pagi atau sore hari. Tapi ini tak membuat kami kecewa, karena 1,5 tahun yang lalu saya pernah menginap di tempat ini. Sedangkan bagi teman saya (wandi), ini adalah perjalanan yang menarik karena ini pertamakalinya ia melihat Danau Sarakan Anak.
Danau Sarakan Anak saat ini sudah tidak seperti bulan agustus 2009 yang pernah saya lihat, tahun 2009 ada lahar merah yang indah bila kita melihat pada malam hari. Apalagi pada saat bulan purnama seperti pertama kali saya datang, sore hari matahari terbenam dan bulan yang baru muncul, bisa kita lihat pada waktu yang sama. Sungguh memesona, tidak heran orang asing banyak sekali yang mengunjungi. Ketika pertama kali saya menginap di Pelawangan Senaru, ada sekitar 200 orang menginap di Pelawangan Senaru dengan tenda-tenda. Pada saat itu hanya rombongan kami yang merupakan turis lokal Indonesia, selebihnya orang asing dari berbagai Negara.
Berbeda dengan bulan agustus dulu itu, saat ini pengunjung memang sepi tapi tetap ada turis asingnya. Tengah hari hanya saya, wandi dan Pak andi yang ada di Pelawangan, kami pun segera turun setelah foto-foto dan istirahat tak lebih dari 1 jam. Walau katanya turun lebih cepat dari naik, tapi tetap saja saya sangat kelelahan. Padahal saya tidak membawa beban yang banyak, tapi karena ini pertamakalinya saya naik gunung tanpa bermalam maka sesampainya di Rinjani Homestay (penginapan), saya langsung tepar pengen nangis. Gimana enggak mau nangis, jalan dari jam 3 malam sampai kembali lagi jam 18.00, ini berarti saya berjalan sekitar 15 jam dengan istirahat sekitar 2 jam. Kapok…. Gak lagi-lagi…..
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar