Share Trip Pulau Peucang? Greenpacker

Hai para backpackers! Pernah dengar Pulau Peucang di Ujung Kulon?

Awal April kemarin kami memutuskan untuk pergi kesana, setelah browsing kami pun mendapat link ke Greenpacker, Travel Agent yang dari postingan foto dan historynya sudah beberapa kali nge-guide para backpacker ke daerah banten, ujung kulon dan sekitaran lampung termasuk Krakatau. Mereka menyediakan trip 2 hari 2 malam seharga Rp 650.000/orang, dan dijanjikan akan memberi ‘private trip’ bila peserta mencapai 15 orang.

Sampai malam keberangkatan genap 17 orang yang ikut, pergilah kami dengan asumsi ‘private trip’ seperti yang dijanjikan. Dari meeting point di JakBar, kami menaiki sebuah bus besar isi 30 orang. Keanehan mulai terasa saat ada 6 orang crew selain Mas Cipluk dari Greenpacker, plus 3 orang yang katanya ‘dititip’ dari trip sebelah, turut ikut dalam bus sehingga semua bangku terisi. Oke, pikir kami, ga ada salahnya sharing bus sampai tujuan.

Namun ketika kami sampai di desa Sumur, tempat penyebrangan ke Peucang, bahkan sampai keliling menggunakan perahu pun rombongan tak kunjung berkurang. Bukan tidak senang bergabung dengan orang asing, namun kami kecewa trip ini tidak seperti yang dijanjikan.

Tak adil rasanya kalau kami hanya menceritakan yang buruk tentang Trip Peucang, beberapa kelebihan trip ini adalah :

1. Pulau Peucang dan sekitarnya termasuk pulau-pulau indah di kawasan Jawa Barat. Favoritku adalah Pulau Oar, sebuah pulau mungil dengan pantai bersih dikelilingi air berwarna hijau toska. Selain itu kano di Pulau dekat Handeleum pun jadi pengalaman yang menarik.

2. ABK di kapal kami ramah dan cukup informatif saat ditanya. Saran saya mending langsung menghubungi mereka kalau ingin berwisata di sekitar Pulau Peucang.

Sayangnya, di samping keindahan yang menyenangkan mata, travel agent yang kami gunakan memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan;

1. Seperti yang sudah disebutkan di atas, 6 orang crew rasanya terlalu banyak. Tambahan lagi, mereka ribut dan asyik sendiri sampai terkadang kita bertanya-tanya, “ini sebenarnya trip siapa,sih?” Kemauan menolong nyaris tak ada, kecuali Teh Euis yang periang dan seorang fotografer (yang fotonya tak kunjung kami terima sampai sekarang). Bahkan mereka yang duluan mengambil alat snorkeling sebelum kami sadar sudah sampai di destinasi untuk menyelam.

2. TIDAK ADA TIM RESCUE. Nomor satu bagi saya adalah keselamatan. Di dekat salah satu pulau, terjadi insiden dimana beberapa dari kami terseret ombak ke arah karang-karang yang tajam. Goresan dan cucuran darah tak terelakkan, para ‘crew’ pun tak bergeming. Entah mereka dengar teriakan kami atau tidak. Saat akhirnya kami berhasil lepas dari arus pantai dan kembali ke kapal, ABK berkata, “di sini memang bahaya neng, saya sudah bilang ke masnya tadi (nunjuk Cipluk), tapi dia yang kekeuh mau nembak ikan disini.” WTF?? Kami membahayakan nyawa demi kepuasan seorang Cipluk nembak ikan??

3. Waktu makan yang selalu telat. Default makan siang jam 2 dan makan malam jam 8 rasanya terlambat untuk mengisi perut yang keroncongan sehabis snorkeling.

4. Kami tidak pernah tahu seperti apa Pulau Peucang karena perahu tidak pernah menepi/bersandar bahkan untuk masuk ke Pulau Peucang sekalipun.

Kesimpulannya, Pulau Peucang adalah pilihan tempat menarik untuk dikunjungi sekitar Jabar, namun berhati-hatilah dalam memilih travel agent yang akan digunakan. Travel agent yang buruk membuat mood liburan dan keasyikan menurun.

So, be careful and have a happy holiday! :)