Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

MASUK ANGIN DAN MITOS KOYO CABE

NUR BAITI
NUR BAITI, pada 12 Maret 2014, 14.53
di Blog

Pertama kali saya naik Gunung Salak waktu SMP, saya mendapat tips tentang cara mencegah masuk angin di gunung. Sederhana sekali, caranya dengan menempelkan plester koyo ke perut dan punggung sebelum berangkat.

Saya tidak tahu apakah itu berdasarkan pengalaman senior atau apa. Yang jelas, saya sempat berpikir, kalau mau lebih afdol, baiknya plester koyonya digambar tanda forbidden, disertai tulisan kecil di bawahnya : angin dilarang masuk!

Entah kenapa, sebelum pendakian Rinjani, tiba-tiba saya teringat tips itu, dan memutuskan untuk mencobanya. Karena ketinggian Rinjani seribu lima ratus meter lebih tinggi dari Gunung Salak, saya berasumsi, selain hipoksia*, resiko hipotermia lebih tinggi, sehingga saya tidak membeli koyo biasa, tapi koyo ekstra hot alias koyo cabe dan menempelkannya di punggung.

Saya pikir ini akan berfungsi ganda. Mengurangi pegal karena beban memanggul ransel dan mencegah masuk angin. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Keren kan?

Yang terjadi selanjutnya bukan seperti yang saya harapkan. Memang sih, saya ga kena hipotermia, tapi kayaknya bukan karena koyo tersebut deh. Karena yang ada, kulit saya terasa panas terbakar, sehingga saya buru-buru masuk tenda, dan mencopotnya. Saat melepaskannya pun..., alamak, lengket dan sakit. Kulit saya sampai berubah warna, dengan rambut-rambut halus kulit yang ikut tercabut lengketnya plester tersebut. Wadow.

Tempelan koyo di betis pun saya cabut, tapi saya ganti menempelkannya di telapak kaki. Halah, masih belum kapok juga. Emang dikira ini koyo herbal untuk detoks? ˃ˍ˂

Logika saya (ini logika bener atau keblinger saya ga tau), karena di kaki banyak terdapat saraf dan titik-titik akupuntur yang langsung terhubung ke seluruh tubuh, jadi mungkin akan berguna. Lagi pula telapak kaki memiliki kulit yang lebih tebal, sehingga tidak terasa terlalu panas. Saat mencabutnya pun tidak terlalu sakit.

Singkat cerita, selain badan yang terasa remuk, betis yang bengkak seperti talas Bogor, beberapa luka kecil di tangan dan jempol kaki yang melepuh yang baru saya sadari dua hari setelahnya, saya kembali dari pendakian dengan utuh dan selamat. Apakah itu ada kaitannya dengan koyo cabe di telapak kaki? Saya kurang tahu.

Nah, sebagian dari anda mungkin akan menertawakan kekonyolan dan kebodohan saya. Tapi untuk anda yang penasaran, saya sarankan anda mencoba sendiri. Berhubung yang bisa masuk ke dalam tubuh bukan hanya angin, tag line : yang tidak berkepentingan dilarang masuk boleh anda tuliskan juga.

Ide (tidak) bagus bukan?

*****

Ket :
* Hipoksia : penyakit ketinggian karena kadar oksigen yang makin berkurang seiring makin tingginya gunung tersebut.

** Hipotermia : penyakit karena udara dingin, penurunan suhu tubuh mengikuti suhu di sekelilingnya, bisa melambatkan jantung dan menyebabkan kematian.


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Malang
Malang
Malang Super Hero
pd. 14 Maret 2014, 2.13

+in Penyakit Mendaki Gunung:
1.Acute Mountain Sickness/AMS (utk pendakian lbh dr 2.400m);
2.High Altitude Pulmonary Edema/HAPE (bentuk lain dari perkembangan AMS);
3.Heat Cramps ( Kram Krn Panas );
4.Heat Exhaustion ( Kllhn Krn Panas );
5.Heat Stroke (trppar panas yg trll lm);
6.Dehidrasi (tubuh kehilangan cairan).

*)alih2 mitos mncgh/mngtsi msk angin yg plng populer adlh dg kerokan!!!
mitos trbrkn mncgh/mngtsi msk angin dg AJRG, wes-ewesss,bablas kentute...

:haha: :adem: :muntah:

Suka 0

© backpackerindonesia.com