Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Travelcious Blitar

indrawan
indrawan, pada 20 Sep. 2011, 13.07
di Blog

Entah sejak kapan aku mulai suka jalan-jalan ala backpacker bersama teman-temanku. Travelling ini kumulai dengan 2 orang temanku , tanpa planning yang lama dan tanpa pembicaraan yang alot ala anggota DPR akhirnya, kita putuskan untuk travelling ke kota tempat kelahiran presiden pertama Indonesia Yah, kota Blitar. Berangkat dari gresik sebelum subuh dan kusempatkan mampir ke kostan dulu untuk sholat subuh, kemudian aku menjemput salah satu temanku di tempat kosnya yang merupakan tetanggaku juga Syaidhania Agustine. Tepat jam setengah lima kita berkumpul di stasiun kereta Gubeng dan segera membeli tiket . Kereta dari statsiun pembrangkatan pertama datang menjemput kita di St.Gubeng jam 05.45 Waktu Indonesia bagian Surabaya . Kereta Nampak lengang karena kita berangkat di hari Sabtu yang memakai jam paling pagi untuk naik kereta . Perjalanan menempuh sekitar kurang lebih 3-3,5 jam . Panas mendera dan campur bau-bau khas ala kelas ekonomi menyerbak di hidung kami. Kursi yang terlalu jejeg membuat kami tidak nyaman untuk bersandar sehingga tak ayalpun pundak kita menjadi korban keganasan bangku kereta Penataran yang kami tunggangi. Setelah kita sampai di Stasiun kota Blitar kita pun turun dari kereta “neraka” bagi kami . Tujuan pertama adalah melihat jadwal kereta tujuan Surabaya paling terakhir. Yah, kami memang sengaja cuma seharian karena kita tidak ingin menginap karena uang kami pas-pasan ala anak kost an . Setelah ingat jadwal kita harus pulang , maka kita keluar untuk melanjutkan tujuan kedua kami yaitu makam bung Karno yang terletak di tengah kota Blitar. Kami pun naik delman bertiga , eh berlima dengan kuda dan kusirnya .Oh ya sampai lupa mengenalkan temanku yang satu lagi. Dia juga berasal dari kota yang sama denganku namun dia tinggal di pinggiran kota yah, Suci Ekawati Nur Cahya mewangi Seeeepanjang Hariiii…
Perjalanan kami ke makam Bung Karno terasa hangat karena kita disambut dengan sepinya kota yang kami kira seramai kota Surabaya . Akses angkutan sedikit , paling banyak delman dan ojek . Setelah cukup sebentar , kami akhirnya tiba di tujuan kedua kami. Sebelum kami masuk ke makam bung Karno kami sempatkan dulu untuk mengabadikan diri sejenak. Awalnya kami bingung bagaimana caranya kita bisa berpose tiga orang karena si Nya-nya (Nama panggilan Syidhania) lupa membawa Tripod. Dengan SKSD nya kita meminta bantuan ABABIL (Abg labil) yang sedang berkeliaran di depan kami. Suasana disana Nampak ramai karena berbagai kalangan datang disana , mulai dari yang pacaran hingga murid-murid SD yang diplokotho oleh gurunya untuk mencatat sejarah bung Karno.
Patung model Bung Karno yang sedang membaca tingginya kira-kira 2 meter tak luput dari objek foto kami , dengan bersusah payah kita “sikut-sikutan” dengan pengunjung sekitar karena ini merupakan icon di tempat ini. Setelah itu , kami masuk ke ruang perpustakaan bung karno. Disana lagi-lagi jeprat sini jeprat sana menjadi kegiatan utama kita meskipun ada larangan untuk memfoto. Banyak kumpulan naskah-naskah kuno karangan bung karno hingga buku tebal profil Bung Karno.Cukup luas untuk ukuran perpustakaan yang berlahan sekitar 1 hektar.
Setelah puas kami merasakan ademnya angin AC di perpustakaan , kami pun akhirnya masuk ke area pemakaman bung Karno . Namun, sebelumnya kita harus melapor ke kantor dulu dan membayar retribusi se ikhlasnya bagi pelajar atau mahasiswa. Jadi tips untuk membayar murah disini adalah “macak” mahasiswa atau pelajar.mugkin bapaknya tau kali ya penderitaan anak rantauan..Mendapat giliran kedua, kami masuk gerbang pintu masuk areal.Semerbak bau harum bunga menusuk hidung kami. Dan dimata kami tergambar lautan manusia yang sekedar berziarah atau mungkin bahkan ngilmu . Kita berhenti sejenak untuk minum dan makan jajanan sambil menungu surut pengunjung. Hawa disana terasa sangat panas sekali, dan begonia aku memakai hem dan berangkap kaos yang bukan terbuat dari kain katun.Tak dapat dibayangkan bagaimana aku bermandikan keringat disana .Pengunjung disana tidak pernah surut hingga kami putuskan untuk masuk.Banyak perubahan disana, dulu aku kecil makam bung Karno dipagari dengan kaca sehingga kita tidak bisa dekat di batu nisannya.Setelah kita membaca doa kami akhirnya kembali karena kita dikejar deadline kereta kami.Oleh-oleh kaos putih dan beberapa gantungan kunci serta sandal kami beli.
Tujuan kami selanjutnya adalah candi penataran , namun kita tidak memiliki informasi lengkap tentang akses menuju kesana. Akhirnya kita bertanya-tanya ke orang.
“Pak, kalau mau ke candi penataran kalau naik angkutan naik yang kayak apa?” Tanya kami.
“naik angkutan yang warna kuning mbak, sampeyan lurus ae terus ada prapatan sampeyan enteni na kono” jawab salah satu bapak-bapak.
“tapi biasanya suwi mbak “ tambahnya
“tapi gak kroso soale mas e di kancani ambek mbake sing ayu-ayu” timpalnya
Hahahah…fitnah iku pak (dalam hatiku).

Setelah kita menunggu agak lama kita akhirnya mendapat angkutan yang dimaksud.Perjalanan kita melalui tegal-tegalan yang jalananya agak jelek masih berupa tanah . Setengah jam kita melakukan “offroad” ala angkutan desa, kita sampai ke candi penataran. Tidak ada retribusi atau tiket masuk alias gratististis. Disana Nampak sepi, hanya beberapa pengunjung saja sebelum gerombolan anak-anak SD itu masuk ke areal candi. Kami pun berfoto-foto di sekitar candi sebagai tanda kalau kita pernah menginjakkan kaki di candi ini. Lagi-lagi dengan tampang SKSD nya kta beberapa kali menyuruh orang lain untuk memfoto kami bertiga. Pandangan mata kami dikejutkan dengan kehadiran sosok orang tinggi putih, dari jauh Nampak dia adalah seorang bule karena mata kami sensitive dengan warna yang putih-putih karena sepanjang kami memandang kulit orang-orang termasuk kami berwarna coklat hingga coklat tua alias irenk. Setelah puas kami berisirahat sejenak untuk membeli jajan dan es degan untuk menghilangkan dahaga kami karena sumpah, hawa disana sangat panas, Bagaikan gurun Sahara pindah disana.
Okelah, kita kembali naik angkutan desa warna kuning itu untuk kembali kearah stasiun kota Blitar. Namun , kami diturunkan ditengah –tengah perjalanan karena ternyata angkutan ini tidak menuju stasiun. Akhirnya kita berjalan cukup jauh hingga menemukan alun-alun kota dan kita sempatkan untuk makan siang , menu kami adalah Soto ayam khas blitar yang rasanya manis entah karena efek kacap atau kuahnya yang memamng manis dan minuman dawet yang berisi jennang gendul terbuat dari tepung singkong. Akhirnya kita mampir ke masjid besar kota Blitar untuk menjamak sholat dhuhur dan asar kami.
Melanjutkan kearah tujuan kembali kami, kami pun naik mercy , singkatan dari mercykil alias lagi-lagi berjalan kaki. Jalan raya disana sangat sepi sekali sampai-sampai kami bisa nerjalan ke tengah jalan raya untuk berfoto-foto. Rumah antik di pinggir jalan ta luput menjadi objek kami entah rumah siapa dan untuk apa , dekorasinya berhisakan akar-akar beringin dan sangat rindang sekali.Kayaknya itu rumah untuk studio foto prewedding .Tanpa menghiraukan ada orangnya atau tidak kami berfoto sepuasnya dan kalau kami dimarahipun kami berencana langsung kabur saja, seperti kata pepatah : “Lempar batu, Langsung Kabur” (Indonesia bagettt).
Cukup lelah kami berjalan , hingga kami menemukan rek kereta .Kamipun mengikuti alur jalur kereta tersebut sampai di statsiun kota Blitar. Dan akhirnya kita sampai disana dengan wajah ngos-ngoshan terutama aku yang membawa titipan minuman aqua 1 liter yang membuatku tambah berat.Memang kalau berjalan dengan cewek , cowok menjadi keganasan kaum hawa.
Karena jam masih lama , kita putuskan untuk berfoto-foto sekitar stasiun. Objek yang kami temukan sangat bagus, dari kereta yang sudah lapuk (seperti bujang lapuk yang menunggu jodohnya) hingga rumah panjang kosong mantan tempat reparasi kereta yang kena penyakit alias bengkel kereta .
Setelah cukup waktunya , kita memutuskan untuk naik kereta untuk kembali ke Surabaya. Malam minggu kita lewatkan diatas kereta penataran , dan acara date malam minggu kita lewatkan bertiga hingga jam setengah 10 malam kita sampai di Surabaya.Ah…Nikmatnya masa muda yang kita lewatkan dengan jalan-jalan.

Sekelumit kisah jalan-jalan ini aku kisahkan untuk kalian para mahasiswa yang butuh hiburan setelah berkutat dengan aktivitas kampus yang menguras otak dan fisik , ditengah-tengah kewajiban kami sebagai tukang yang “nriman kerjaan segudang “ dari dosen kami mencoba mencari hiburan yang pas buat mahasiswa.Sebelum status mahasiwa lepas darimu, manfaatkanlah status mahasiwa mu untuk mendapat fasilitas eksklusif termasuk kalau berkunjung ke tempat sejarah sering diberikan harga khusus.Sekian ceritanya, sampai jumpa di jalan- jalan yang lain .


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com