Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Travel ke Jepang (Itinerary)

nurul54
nurul54, pada 2 Des. 2016, 22.30
di Tanya & Jawab

Dan serentetan pesan lain yang masuk lewat inbox menyambut kedatangan saya di Tokyo kala itu. Jepang memang mahal, namun bisa disiasati. Salah satunya adalah dengan persiapan yang matang dan sebisa mungkin perhitungan yang tepat. Bagusnya lagi kalau tidak teledor atau melakukan kesalahan, pasti hemat. Saya orang Matematika sih, tapi tetep saja masih melakukan keteledoran dan kesalahan yang berakibat duit melayang.

Saya sendiri entah kenapa malah pergi ke Jepang. Padahal jago bahasa Korea . Tapi pulang dari sana mata saya mengeluarkan api. Api semangat nggak pengen pulang. Tapi sebenernya pas hari terakhir entah kenapa jadi mellow merasa sudah kangen Indonesia.

Nah kali ini saya akan bagikan itinerary, budget dan tips perjalanan saya ke Jepang dengan cara yang cukup hemat. Supaya penasaran saya berikan screenshoot budgetnya dulu lah ya. Nggak usah takut, ke Jepang nggak mahal kok! Kecuali kalau ke Jepang rombongan bersama keluarga dan kamu yang bayarin ya.

Itinerary

Itinerary ini sempat bikin pusing. Apalagi lihat peta subway di Tokyo duh ruwetnya minta ampun. Kalau peta MRT/LRT/BTS Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura digabungin pun nggak seruwet map di Tokyo. Baru peta subway ya, belum ditumpuk sama peta kereta dari JR.

Saya terusan berlatih baca ini peta selama berhari-hari sampai mata sakit. Soalnya ini penting banget untuk menentukan destinasi. Pas akhirnya bisa membaca, wah senangnya bukan kepalang. Merasa pintar, lebih bangga daripada berhasil dapet jawaban soal integral!

Dalam menyusun rencana perjalanan, pasti akan berpengaruh pula dengan biaya. Semakin banyak kota yang dikunjungi, semakin besar pulalah biayanya. Apalagi di Jepang transportasinya bisa dikatakan cukup mahal apabila tidak pintar memilih day pass yang sesuai.

Selama 9 hari saya hanya mengunjungi Tokyo, Hakone, Kyoto, Nara, dan Tokyo.

Awalnya sih mau ke Hiroshima juga karena saking ngebetnya lihat Miyajima. Namun kemudian saya urungkan mengingat budget terbatas. Bahkan sampai sekarang, 4 bulan setelah trip saya ke Jepang rasanya masih pengen balik. Belum puas, masih pengen mengulang lagi. Semoga diberi kesempatan untuk kembali. Teman-teman bisa unduh disini untuk Itinerary Jepang saya.

Oya, dalam menyusun itinerary ini perlu dipikirkan alternatif termurahnya. Kebanyakan yang pergi ke Jepang beli JR Pass. Sekali lagi pembelian day pass tergantung dengan itinerarymu. JR Pass mahal loh teman-teman, sayang kan kalau tidak digunakan semaksimal mungkin dari ujung timur sampai ujung barat Jepang. Kalau beli JR Pass 7 hari rasanya tidak mungkin kita bisa travel ke banyak kota dikarenakan kelelahan fisik.

Saat di Kyoto saya bertemu pasangan kekasih yang menjalin cinta dengan mesranya dan saya cuma gigit jari. Mereka berdua beli JR Pass dan mengaku tidak menikmati betul perjalanan karena harus ngebut pindah kota setiap sehari sekali demi memanfaatkan JR Pass. Update terakhir harga JR Pass adalah 29.11o Yen atau setara 3,2 juta. Mahal kan?

Awalnya saya juga berpikiran untuk membeli JR Pass namun kemudian saya urungkan. Tapi untuk teman-teman yang mau naik shinkansen lebih baik membeli JR Pass karena harga sekali naik kereta shinkansen memang mahal sekali. Doakan saya ya teman-teman supaya bisa kembali lagi ke Jepang terus ngerasain sensasi shinkansen ini.

Saya sempat mengumpulkan beberapa informasi mengenai day pass di beberapa kota seperti berikut. Sebagai catatan, harga day pass ini adalah harga yang saya dapatkan saat kunjungan bulan Oktober 2015 lalu.

Nah sebagai info saja, berikut day pass yang saya gunakan di masing-masing kota yang saya kunjungi :

Tokyo+ Hakone (Day 1-3)

Saya menggunakan Tokyo Subway 1 day pass yang saya beli di Haneda Airport sebesar 800 Yen untuk berkeliling Tokyo seharian. Esoknya saya mengunjungi Hakone untuk berkencan dengan Fujisan seharga 6030 Yen. Sebenarnya day pass ini berlaku 2 hari namun kami hanya berkunjung sehari saja. Kemudian hari ketiga saya menggunakan kereta milik JR. Kenapa tidak beli tiket subway lagi yang lebih murah? Kenapa nggak beli tiket JR Pass 1 day sekalian? Disinilah letak kesalahan perhitungan saya.

Dari pengalaman saya, menggunakan kereta JR lebih nyaman karena tidak perlu naik turun di stasiun saat harus berganti kereta. Soal kebersihan semuanya sangat bersih dan menggunakan subway terasa lebih cepat dibandingkan dengan kereta JR.

Kyoto (Day 4-6)

Saya berpindah ke Kyoto dari Tokyo dengan menggunakan Willer Bus seharga 3900 Yen. Pas banget dapat promo waktu iseng-iseng cek tiket. Seperti yang sudah saya rencanakan di Kyoto saya tidak membeli tiket kereta. Saya menggunakan bus pass seharga 500 Yen untuk satu hari karena memang hampir semua destinasi dicapai dengan bis. Tenang saja, bisnya sangat nyaman dan bersih kok! Nah disini saya melakukan kesalahan lagi. Waktu pulang mengunjungi Fushimi Inari saya lupa dimana bus pass saya. Akibatnya saya harus membayar tarif sekali naik sebesar 230 Yen! Turun di halte, eh passnya malah ketemu.

Osaka+Nara (Day 7-9)

Dari Kyoto ke Osaka saya menggunakan kereta JR seharga 560 Yen. Tadinya ingin membeli Kintetsu Rail Pass namun ternyata tidak bisa dibeli di Stasiun Kyoto, melainkan di BIG Camera. Karena saya kejar-kejaran waktu akhirnya saya gunakan kereta JR. Hari pertama saya tiba di Osaka, saya bertolak ke Nara. Sebenarnya rencana saya dari Kyoto ke Nara lalu lanjut ke Osaka. Namun lagi-lagi ada perubahan rencana yang akibatnya malah membuat saya memutar. Saat di Nara saya urungkan untuk membeli day pass . Saya lebih memilih jalan kaki dan memang lebih indah menikmati Nara dengan berjalan kaki.

Lalu day pass apa yang saya gunakan di Osaka? Tentunya Osaka Amazing Pass. Saya beli untuk 2 hari dan memang worth banget karena hanya seharga 3000 Yen dengan total pemakaian saya sebesar 6640 Yen! Sebenarnya masih banyak atraksi lain yang ingin saya kunjungi dengan memanfaatkan Osaka Amazing Pass ini. Namun apa daya hari terakhir kaki sudah gempor tidak kuat lagi diajak berjalan.

Budget

Karena Jepang memang tidak semurah negara di Indochina seperti Thailand, maka saya benar-benar ikat kencang rencana pengeluaran saya. Saya berkutat dengan perencanaan biaya hampir 6 bulan lamanya. Memang sih nggak ngerjain tiap hari, karena ini bukan skripsi hehe. Saya berusaha mencari alternatif termurah dan sesuai dengan destinasi saya.

Jujur, ketika mengunjungi Jepang saya tidak ingin rugi dengan mengunjungi banyak tempat. Namun sekali lagi, waktu harus diperhitungkan. Oleh karena itu saya mendahulukan hal-hal yang bersifat gratis atau sedikit mengeluarkan uang.

Total pengeluaran trip ke Jepang adalah sebesar 11 juta Rupiah. Angka yang besar? Iya, betul.

Namun itu semua sudah termasuk biaya pembuatan visa, tiket pesawat pulang pergi, akomodasi, oleh-oleh, transportasi, makan, dan tempat wisata selama 11 hari di Jepang dan transit di Malaysia.

Untuk tiket pesawat, saya rasa teman-teman bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah, apalagi keberangkatan dari Jakarta/Kuala Lumpur. Berhubung saya berangkat dan pulang lewat Bali, maka tak heran bila harganya agak sedikit wow. Sedangkan biaya visa bisa hilang apabila mempunyai paspor elektronik.

Tips Berhemat

Makanan

Dimanakah tempat makan yang hemat di Jepang? Banyak! Saya food lover dan tipe orang yang takut kelaparan. Jadi, stok makanan harus selalu ada. Selain itu, selagi di Jepang saya berusaha untuk menikmati makanan lokal yang ada, mumpung kan ya? Tak heran biaya makan saya selama di Jepang mencapai 1,6 juta!

Meskipun di Indonesia ada banyak restoran dan penjual jajanan Jepang namun masih saja rasanya berbeda. Maaf untuk ulasan kali ini saya tidak bisa memberikan informasi halal, hanya terbatas pada makanan hemat saja. Berikut beberapa tempat makan hemat dan jajanan yang saya temui dan kunjungi ketika di Jepang. Oya, tips hemat lain lebih baik membeli air kemasan 2L yang lebih murah dibandingkan dengan kemasan tanggung (600ml) atau minuman di vending machine.

Yoshinoya

Semacam franchise di Jepang dan banyak sekali cabangnya. Yoshinoya di mudah ditemukan karena simbol warna oranyenya. Harga yang ditawarkan juga cukup pas dikantong. Semangkok gyudon (nasi dan daging sapi) yang saya pesan dengan ukuran medium hanya sebesar 380 yen saja! Teman-teman juga nggak perlu khawatir dengan minuman, karena disini free flow ocha alias the hijau.


Matsuya

Matsuya tidak berbeda jauh dengan Yoshinoya. Mungkin rasanya berbeda kalau benar-benar dicermati. 11-12 dengan McD dan KFC, seperti itulah. Saya membeli makan siang saya di Matsuya daerah Yanaka Town yang sepi. Cara pesannya pun dengan menggunakan mesin. Harganya juga tidak mahal, semangkuk gyudon dan semangkuk miso hanya seharga 380 Yen plus bir Asahi hanya sebesar 150 Yen saja! Bir Asahi ini salah satu favorit saya, karena rasanya yang ringan.

Convenience Store

Di Jepang, convenience store atau konbini dalam bahasa setempat ini banyak banget dan menjamur. Yang paling banyak dan sering saya lihat Seven Eleven, Lawson, dan Family Mart. Apa sih bedanya? Well, sebenarnya ini 11-12 dengan Indomaret dan Alfamart, mirip. Namun saya lebih senang belanja di Seven Eleven. Pilihan makanannya lebih banyak. Hahahaha.

Selain makanan beku, juga menjual aneka roti, odeng (fish cake), dan onigiri dengan berbagai macam isi. Nah biasanya kalau malam ada makanan yang didiskon, jadi sering-sering saja mampir ke convenience store sore hari. Sekedar info saja, kemasan teh hijau dalam botol yang dipajang dengan menarik di dalam kulkas semuanya nggak manis seperti di Indonesia ya, jadi jangan kaget.



Lawson 100

Apa sih Lawson 100? Ini juga semacam convenience store. Bedanya harga di Lawson 100 ini serba 100 Yen. Murah banget kan?? Memang tidak semua sih harganya 100 Yen, tapi kebanyakan dan membantu banget buat berhemat.

Begitu tahu ada Lawson 100 di Kyoto, sehari saya bisa dua kali ke Lawson 100!! Toko ini juga bisa dijadikan alternatif untuk membeli oleh-oleh loh. Kemarin saya beli teh gandum, teh hijau, soba, dan kaos kaki disini untuk oleh-oleh. Mengingat tidak membeli bagasi saat pulang, jadi saya rem deh belanjanya hahaha. Pokoknya harus coba belanja di Lawson 100!!!



Vending machine

Sudah pasti tahu kan kalau di Jepang semua serba mesin. Salah satu cara hemat kalau lagi males masak atau keluar sekedar cari makan, bisa dicoba nih beli mi instan dengan vending machine. Jadi vending machine di Jepang nggak hanya jual minuman aja tapi macem-macem salah satunya adalah mi instan. Tentunya air panas sedia sendiri ya. Harga 1 cupmi instan bervariasi tergantung rasa dan merknya sekitar 200-350 Yen.

Daiso

Selain tempat oleh-oleh Daiso juga tempat favorit saya membeli camilan dan makanan. Ada banyak makanan seharga 100 Yen disini, sampai bingung milihnya. Kalau Lawson 100 masih agak susah ditemukan mungkin Daiso bisa jadi alternatif. Saat berjalan mengelilingi Nara tidak sengaja menemukan Daiso di dekat stasiun. Tanpa pikir panjang saya langsung masuk saja, dan tidak terpikir membeli sesuatu. Ujung-ujungnya tetap makanan yang diambil, hahaha. Saya membeli sosis ikan dan dorayaki rasa teh hijau seharga 100 Yen. Buat saya sih kenyang soalnya ukurannya jumbo!.

Street food

Nah sebenarnya street food atau pedagang kaki lima ini nggak menjamur seperti di Indonesia. Biasanya pedagang model ini buka stan di pinggir jalan atau di dekat kuil pasti ada. Pengalaman kalau pergi ke kuil/shrine pasti ngiler sama jajanan yang dijual. Nggak ada salahnya mencoba beberapa jajanan tradisonal Jepang. Bagi saya, keluar budget sedikit lebih banyak untuk kuliner tidak masalah, daripada menyesal nantinya.






Penginapan

Saya sendiri banyak dibantu oleh teman saya ketika di Tokyo. Kami menginap di sebuah penthouse di daerah Shoto Shibuya. Harga sewa apartemen ini per malamnya sebesar 600 ribu dan saya beruntung sekali bisa menginap di tempat ini. Teman saya banyak membantu saya karena saya hanya membayar 300 ribu dari total biaya sewa selama 2 malam. Dari sini saya punya pengalaman tinggal di apartemen sempit namun lengkap dengan properti dan futon seperti kebanyakan orang Jepang. Pemandangan dari apartemen juga bagus dan bonus puncak melihat Fujisan dari sini.

Lebih lengkapnya silahkan klik disini.

Sedangkan saat di Kyoto saya sangat merekomendasikan penginapan Trip Sound Guesthouse.

Ini harga terbaik yang saya dapatkan dibandingkan dengan yang lain hanya sebesar 1500 Yen per malam dengan kamar dorm berisi 8 orang. Terletak di daerah Higashiyama dan dekat dengan halte bus Gojozaka.

Karena letaknya yang strategis, Kuil Kiyomizu juga dapat dijangkau dengan jalan kaki saja. Pokoknya puas saya disini. Bahkan ketika saya menginap disana ada tawaran menginap gratis dengan bekerja sebagai pengurus penginapan dengan masa tinggal minimal 1 bulan. Bisa hemat budget penginapan kalau begini kan?

Lalu bagaimana dengan Osaka? Saya tinggal dengan penduduk setempat lewat Couchsurfing. Sedikit kesulitan awalnya menemukan host di Osaka, namun beberapa hari sebelum keberangkatan saya mendapatkan host ganteng bermata sipit ini. Syukurlah. Nah tinggal bersama Tsuruta juga menjadikan pengalaman tersendiri untuk saya. Selain tidur di apartemennya, dia juga merekomendasikan beberapa tempat makan lokal dan saya melihat secara langsung keteraturan hidupnya sebagai orang Jepang. Hahaha

Toko Obat

Semenjak dari Tokyo saya punya pikiran untuk berbelanja di Osaka, karena malas bawa barang berat dan saya berpikir bahwa Osaka pasti lebih murah. Ternyata tidak saudara-saudara. Akhirnya penyesalan terjadi karena tidak jadi belanja di Tokyo. Ini adalah salah satu tempat saya membeli oleh-oleh di Takeshita street, Harajuku. Aslinya sih ini toko obat, tapi menjual macam-macam barang yang murah. Bukan karena mau kadaluarsa tapi memang murah! Hanya di tempat inilah saya bisa membeli kitkat seharga 190 Yen.

Don Quojite

Don Quojite ini menjual berbagai macam peralatan mandi, kosmetik, obat diet, suplemen, makanan, bahkan sampai dengan kostum cosplay. Harganya juga cukup murah dan banyak pilihan barangnya. Setiap outlet Don Quojite ini punya harga yang berbeda. Jadi rajin-rajin saja mengunjungi Don Quojite untuk membadingkan harga.

Daiso

Daiso memang terkenal banget di Jepang karena outletnya yang menjamur disetiap tempat. Beberapa outlet Daiso ada yang sangat besar dan memang puas sekali berbelanja. Hanya saja, barang yang benar-benar khas Jepang tidak banyak dijual. Saya sendiri berkali-kali ke Daiso namun membeli barang yang umum seperti sarung tangan, kaos kaki, masker, souvenir berupa cermin dengan harga murah dan mutu Jepang.

Perlu diingat bahwa harga 100 Yen ini belum termasuk tax sebesar 8% ya!

Waktu berkunjung di Daiso Shinsaibashi, ada outlet yang cukup besar. Disana menjual perlengkapan alat tulis, benang, alat jahit dan sebagainya. Betah rasanya berlama-lama disana. Happy hunting at Daiso!

Duty Free Shop

Duty free shop di Jepang ada banyak. Begitu ada tanda bunga sakura pink, coba saja dimasuki. Oya, free tax sebesar 8% ini bisa didapat dengan pembelian tertentu. Biasanya sih setiap pembelian 10 ribu yen, maka akan mendapatkan kembalian tax. Kalau belanja di duty free shop dengan nominal besar, maka barang-barang belanjaan akan dimasukkan ke dalam plastik bening dan di press dan tidak boleh dibuka sampai di bandara untuk menerima kembalian pajak.

Satu lagi tempat yang saya rekomendasikan untuk membeli oleh-oleh adalah di area duty free shop bandara. Kepulangan saya lewat bandara Kansai saat itu sudah larut malam sekitar pukul 23.30 waktu setempat. Akibatnya sudah banyak duty free shop yang tutup, namun ada beberapa yang masih buka dan diserbu dengan pembeli. Saya sempat membeli gantungan kunci dan sempat melirik-lirik sake yang dijual sekitar 600-1100 Yen. Murah!

Gojozaka dan Ninnenzaka Street

Gojozaka dan Ninnenzaka street ini terletak dekat dengan Kuil Kiyomizudera, Kyoto. Jalanan panjang ini dipenuhi dengan toko oleh-oleh berupa makanan dan pernak-pernik. Hati-hati ya karena disini ada larangan untu memotret pajangan, jadi patuhi itu. Saya sendiri ingin sekali memotret, namun saya urungkan. Jalanan ini lebih menarik dan lebih banyak variasinya dibandingkan dengan Gion meskipun harganya rata-rata hampir sama. Saya hanya window shopping saja disini, sembari jalan-jalan menikmati pagi di Kyoto.

Takeshita Street dan Harajuku Street

Ini adalah tempat yang wajib dikunjungi banget ketika di Tokyo. Gaya anak muda Jepang ada semua disini yang menurut saya aneh dan unik hahaha. Penyesalan tidak terlupakan sampai saat ini adalah saya urung membeli topi fedora seharga 1000 yen. Saya ingin menghemat dan berniat beli di Osaka nanti mendekati kepulangan karena saya berpikir di Osaka akan lebih murah. Ternyata tidak saudara-saudara. Di Osaka topi fedora paling murah yang saya jumpai seharga 2500 Yen. Penyesalan tidak membeli memang lebih besar daripada membeli suatu barang yang terlalu mahal. Di Takeshita street ini juga terdapat Daiso dan beberapa toko pernak-pernik lain yang menarik untuk dikunjungi pula.

Dotombouri-Shinsaibashi

Nah kalau tepat ini benar-benar street fashionnya Osaka. Bener deh, manjain mata banget karena barang-barang yang dijual menarik bikin pengen beli. Selain fashion, ada juga berbagai macam toko makanan, toko obat yang juga menjual makanan murah termasuk kit-kat dan aneka permen dan toko pernak-pernik yang cocok dijadikan oleh-oleh. Saya sih hanya mampir untuk membeli kartu pos disini hehehe. Bagi saya, oleh-oleh berupa pernak pernik kurang menarik disini. Tapi kalau fashion cukup menarik dan oke.

Yuk ke Jepang! Siap-siap menabung, hunting tiket dan menyusun itinerary ya :D…

Sumber : http://upyourdream.blogspot.com/2016/11/jalan-jalan-ke-jepang-ala-gadis-ransel.html


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Malang
Malang
Malang Super Hero
pd. 3 Des. 2016, 13.30

面白くて楽しいですt

Suka 0

© backpackerindonesia.com